Kabar - Kala Guru Tinggalkan Cara Ajar Konvensional, Murid Aktif Senang Belajar

Kala Guru Tinggalkan Cara Ajar Konvensional, Murid Aktif Senang Belajar
March 21, 2023 Root Application

Kala Guru Tinggalkan Cara Ajar Konvensional, Murid Aktif Senang Belajar



Siswa SDK St Yoseph Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur terapkan metode belajar aktif.(Dok. KOMPAS.com/AYUNDA PININTA KASIH)

Penulis Ayunda Pininta Kasih | Editor Ayunda Pininta Kasih

KOMPAS.com - Pembelajaran yang bersifat konvensional dengan gaya pembelajaran yang berpusat pada guru atau Teacher Centered Learning (TCL) perlahan ditinggalkan SDK St Yoseph Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Guru-guru di sana kini menerapkan pembelajaran aktif yang berfokus pada murid atau Student Centered Learning (SCL) dan berdiferensiasi.

Pendekatan ini mendorong guru memfasilitasi murid sesuai kebutuhan. Sebab, sejatinya setiap murid mempunyai karakteristik dan gaya belajar yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama.

Murid belajar sesuai gaya belajarnya

Inilah pembelajaran yang dilakukan Maria Imaculata. Guru kelas 1 SDK St Yoseph Linggang Bigung itu memahami betul bahwa murid-muridnya di kelas awal akan lebih sulit memahami pelajaran bila dirinya hanya memaparkan materi dari buku.

"Dibanding hanya pakai buku saja, menggunakan alat peraga membuat anak-anak lebih tertarik untuk belajar. Anak mengalami secara langsung (praktik) sehingga membekas di ingatannya lebih lama, ketimbang tidak kita alami (tidak dipraktikkan)," ujarnya saat ditemui Kompas.com di Kutai Barat, Selasa (14/3/2023).

Seperti saat mengajarkan tentang numerasi sebagai pengenalan matematika, Maria menggunakan alat peraga berupa flash card maupun benda-benda yang ada disekitar.

"Anak kelas 1 atau kelas awal harus mulai dengan suatu yang konkrit. Seperti saat mengenalkan angka 1, kita perlihatkan gambar bendanya dulu, baru lambangnya, kemudian baru bilangannya," paparnya.

Tidak hanya sebatas flash card atau visual, Maria juga memfasilitasi anak dengan gaya belajar lainnya. Untuk murid-muridnya dengan gaya belajar auditori, ia akan mengombinasikan pembelajaran dengan metode bercerita.

Termasuk menerapkan pembelajaran psikomotorik atau aktivitas fisik untuk murid dengan gaya belajar kinestetik. Untuk bisa menerapkan ragam pembelajaran ini, Maria mengaku terus belajar untuk memahami karakter setiap anak didiknya.

"Saya harus kenal dulu karakter anak seperti apa. Itu jadi tantangan tersendiri, Meski tidak setiap saat dipetakan, namun jika bila ada anak yang didapati kurang memahami, nanti saya akan beri penambahan materi sesuai gaya belajarnya," papar dia.


Maria Imaculata, Guru kelas 1 SDK St Yoseph Linggang Bigung, Kutai Barat, Kalimantan Timur.(Dok. KOMPAS.com/AYUNDA PININTA KASIH)

Menerapkan pembelajaran aktif, dirasakan Maria membawa perubahan positif pada murid. Termasuk mampu mengajak orangtua terlibat dalam proses belajar dan perkembangan anak.

"Pembelajaran konvensional itu monoton, sementara pembelajaran aktif Student Centered Learning terbukti membuat anak-anak lebih banyak beraktivitas. Termasuk membangun keterlibatan orangtua," imbuh dia.

Pasalnya, guru memberikan kesempatan bagi orangtua untuk membuat kartu bilangan 1 sampai 10 dengan anak di rumah dengan kreativitas masing-masing dan menggunakan bahan yang ada.

Hal serupa juga diterapkan oleh Rosalinda Rauk saat mengajar Pecahan untuk murid kelas 3. Termasuk siswa kelas 6 yang pagi itu sedang membuat media pembelajaran tentang planet.

Dukungan pimpinan sekolah tingkatkan kualitas guru

Kepala SDK St Yoseph Linggang Bigung, Junita Enson Imakulata mengatakan bahwa guru-guru di sekolahnya telah menerapkan pembelajaran aktif dengan menggunakan alat peraga sejak pandemi.

Untuk membantu guru menciptakan inovasi pembelajaran aktif, Junita mendukung dan mendorong guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan guna meningkatkan kapasitas dan kemampuan mengajar.

Salah satunya dengan mengikuti pelatihan dari Tanoto Foundation melalui Program PINTAR Penggerak.

Menurutnya, keterlibatan Tanoto Foundation sangat membantu dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM), khususnya guru.

“Tentu sangat terbantu dengan adanya Tanoto Foundation. Materi pelatihan yang diberikan khususnya untuk mengembangkan mutu pendidikan sangat berguna bagi guru dalam proses pembelajaran,” katanya.

Dirinya berharap, dengan adanya pelatihan-pelatihan ini diharapkan guru-guru bisa menjadi lebih aktif dalam melakukan pembelajaran.

“Sehingga proses belajar di kelas lebih bisa diserap siswa dan akan meningkatkan interaksi dalam kelas,” harap Suster Junita.

“Pelatihan ini membuat kreativitas para guru menjadi meningkat dalam menerapkan pembelajaran aktif,” imbuh dia.

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kala Guru Tinggalkan Cara Ajar Konvensional, Murid Aktif Senang Belajar", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/edu/read/2023/03/15/090000971/kala-guru-tinggalkan-cara-ajar-konvensional-murid-aktif-senang-belajar?page=all#page2.

Prev Next
Tags