Kabar - Kala Guru Tinggalkan Cara Ajar Konvensional, Murid Aktif Senang Belajar
Kala Guru Tinggalkan Cara Ajar Konvensional, Murid Aktif Senang Belajar
Siswa SDK St Yoseph Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur terapkan metode belajar aktif.(Dok. KOMPAS.com/AYUNDA PININTA KASIH)
Penulis Ayunda Pininta Kasih | Editor Ayunda Pininta Kasih
KOMPAS.com - Pembelajaran yang bersifat konvensional dengan gaya pembelajaran
yang berpusat pada guru atau Teacher Centered Learning (TCL) perlahan
ditinggalkan SDK St Yoseph Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan
Timur.
Guru-guru di sana kini menerapkan pembelajaran aktif yang berfokus pada
murid atau Student Centered Learning (SCL) dan berdiferensiasi.
Pendekatan ini mendorong guru memfasilitasi murid sesuai kebutuhan.
Sebab, sejatinya setiap murid mempunyai karakteristik dan gaya belajar yang
berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama.
Murid belajar sesuai gaya belajarnya
Inilah pembelajaran yang dilakukan Maria Imaculata. Guru kelas 1 SDK St
Yoseph Linggang Bigung itu memahami betul bahwa murid-muridnya di kelas awal
akan lebih sulit memahami pelajaran bila dirinya hanya memaparkan materi dari
buku.
"Dibanding hanya pakai buku saja, menggunakan alat peraga membuat
anak-anak lebih tertarik untuk belajar. Anak mengalami secara langsung
(praktik) sehingga membekas di ingatannya lebih lama, ketimbang tidak kita
alami (tidak dipraktikkan)," ujarnya saat ditemui Kompas.com di Kutai
Barat, Selasa (14/3/2023).
Seperti saat mengajarkan tentang numerasi sebagai pengenalan matematika,
Maria menggunakan alat peraga berupa flash card maupun benda-benda yang ada
disekitar.
"Anak kelas 1 atau kelas awal harus mulai dengan suatu yang
konkrit. Seperti saat mengenalkan angka 1, kita perlihatkan gambar bendanya
dulu, baru lambangnya, kemudian baru bilangannya," paparnya.
Tidak hanya sebatas flash card atau visual, Maria juga memfasilitasi
anak dengan gaya belajar lainnya. Untuk murid-muridnya dengan gaya belajar
auditori, ia akan mengombinasikan pembelajaran dengan metode bercerita.
Termasuk menerapkan pembelajaran psikomotorik atau aktivitas fisik untuk
murid dengan gaya belajar kinestetik. Untuk bisa menerapkan ragam pembelajaran
ini, Maria mengaku terus belajar untuk memahami karakter setiap anak didiknya.
"Saya harus kenal dulu karakter anak seperti apa. Itu jadi
tantangan tersendiri, Meski tidak setiap saat dipetakan, namun jika bila ada
anak yang didapati kurang memahami, nanti saya akan beri penambahan materi
sesuai gaya belajarnya," papar dia.
Maria Imaculata, Guru kelas 1 SDK St Yoseph Linggang Bigung, Kutai
Barat, Kalimantan Timur.(Dok. KOMPAS.com/AYUNDA PININTA KASIH)
Menerapkan pembelajaran aktif, dirasakan Maria membawa perubahan positif
pada murid. Termasuk mampu mengajak orangtua terlibat dalam proses belajar dan
perkembangan anak.
"Pembelajaran konvensional itu monoton, sementara pembelajaran
aktif Student Centered Learning terbukti membuat anak-anak lebih banyak
beraktivitas. Termasuk membangun keterlibatan orangtua," imbuh dia.
Pasalnya, guru memberikan kesempatan bagi orangtua untuk membuat kartu
bilangan 1 sampai 10 dengan anak di rumah dengan kreativitas masing-masing dan
menggunakan bahan yang ada.
Hal serupa juga diterapkan oleh Rosalinda Rauk saat mengajar Pecahan
untuk murid kelas 3. Termasuk siswa kelas 6 yang pagi itu sedang membuat media
pembelajaran tentang planet.
Dukungan pimpinan sekolah tingkatkan kualitas guru
Kepala SDK St Yoseph Linggang Bigung, Junita Enson Imakulata mengatakan
bahwa guru-guru di sekolahnya telah menerapkan pembelajaran aktif dengan
menggunakan alat peraga sejak pandemi.
Untuk membantu guru menciptakan inovasi pembelajaran aktif, Junita
mendukung dan mendorong guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan guna
meningkatkan kapasitas dan kemampuan mengajar.
Salah satunya dengan mengikuti pelatihan dari Tanoto Foundation
melalui Program PINTAR Penggerak.
Menurutnya, keterlibatan Tanoto Foundation sangat membantu dalam
meningkatkan sumber daya manusia (SDM), khususnya guru.
“Tentu sangat terbantu dengan adanya Tanoto Foundation. Materi pelatihan
yang diberikan khususnya untuk mengembangkan mutu pendidikan sangat berguna
bagi guru dalam proses pembelajaran,” katanya.
Dirinya berharap, dengan adanya pelatihan-pelatihan ini diharapkan
guru-guru bisa menjadi lebih aktif dalam melakukan pembelajaran.
“Sehingga proses belajar di kelas lebih bisa diserap siswa dan akan
meningkatkan interaksi dalam kelas,” harap Suster Junita.
“Pelatihan ini membuat kreativitas para guru menjadi meningkat dalam
menerapkan pembelajaran aktif,” imbuh dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kala Guru
Tinggalkan Cara Ajar Konvensional, Murid Aktif Senang Belajar", Klik untuk
baca:
https://www.kompas.com/edu/read/2023/03/15/090000971/kala-guru-tinggalkan-cara-ajar-konvensional-murid-aktif-senang-belajar?page=all#page2.