Kabar - 13.600 Mahasiswa UB Gelar Aksi Mahasiswa Membangun Desa
13.600 Mahasiswa UB Gelar Aksi Mahasiswa Membangun Desa
Jalur mandiri UB 2023 bisa buat siswa gap year. (Dok:
Universitas Brawijaya)
Penulis Kontributor
Malang dan Batu, Nugraha Perdana | Editor Ayunda
Pininta Kasih
BATU, KOMPAS.com - Universitas Brawijaya
(UB) tengah mengerahkan 13.600 mahasiswa
yang dibimbing oleh 500 dosen dalam program kegiatan Mahasiswa Membangun Desa
(MMD). Sebanyak 1.000 desa di Jawa Timur (Jatim) menjadi sasaran dalam program
kegiatan tersebut.
Ketua Program MMD 1.000 Desa UB,
Sujarwo mengatakan, program kegiatan MMD sebagai salah satu wujud dalam
melaksanakan tridharma perguruan
tinggi. Para mahasiswa dituntut melakukan pengabdian masyarakat dengan
membuat riset dan pengembangan inovasi di desa.
"Mahasiswa melakukan riset
terlebih dahulu dengan mengeksplorasi potensi-potensi desa, beserta
permasalahan yang ada. Dari situ terjadi interaksi mahasiswa dan dosen dengan
masyarakat. Dari riset itu akan diketahui pengembangan inovasi apa yang bisa
dilakukan," kata Sujarwo pada Selasa (18/7/2023) di Kota Batu, Jawa Timur.
Menurutnya, program MMD UB penting
dilakukan untuk menjaga eksistensi perguruan tinggi dalam membantu pembangunan
masyarakat. Hal itu dikarenakan beberapa waktu kebelakang antar perguruan
tinggi saling fokus mengejar ranking terbaik.
"Program MMD ini berawal
dari keresahan kami bahwa eksistensi perguruan tinggi yakni membangun
masyarakat, karena beberapa waktu ke
belakang perguruan tinggi fokus saling mengejar ranking," katanya.
Dari program tersebut, UB juga
akan mendapat big data berupa beragam potensi dan permasalahan kondisi sosial yang
ada di 1.000 desa di Jatim.
Program MMD UB juga ditargetkan
ke depan dapat berkolaborasi bersama pemerintah dan CSR perusahaan. Hal itu
bertujuan guna membantu pembangunan ekonomi masyarakat. Seperti menyasar pada
sektor pariwisata, UMKM dan pertanian.
Salah satu program MMD yang
telah berjalan di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten
Malang. Tim MMD UB di wilayah tersebut telah menggali potensi wisata di tiga
pantai. Yakni, Pantai Teluk Asmara, Pantai Watu Leter dan Tanjung Penyu Emas,
serta Pantai Goa Cina.
Dari hasil riset yang dilakukan,
ketiga pantai tersebut memiliki daya tarik dan layak untuk dikunjungi
wisatawan. Namun, informasi tentang ketiga pantai itu masih kurang diketahui
oleh publik.
"Kemudian Tim MMD yang ada
disana melakukan upaya, mempromosikan keindahan pantai-pantai tersebut melalui
platform media sosial. Karena seperti di Pantai Teluk Asmara belum semua orang
mengetahui bahwa pantai tersebut bisa untuk snorkeling," katanya.
Para mahasiswa melalui konten
yang dibuat di media sosial melakukan upaya membangun kesadaran dan mengajak
masyarakat untuk mengunjungi ketiga pantai tersebut.
"Dengan upaya ini,
diharapkan pariwisata di Sitiarjo semakin berkembang dan memberikan manfaat
ekonomi serta konservasi lingkungan bagi masyarakat setempat," katanya.
Setiap Tim MMD UB yang
diterjunkan rata-rata berisi para mahasiswa asal daerah yang menjadi sasaran
program kegiatan. Hal itu untuk memudahkan mahasiswa untuk mengetahui kebutuhan
dalam melakukan riset dan pengembangan inovasi yang dilakukan.
Seperti Tim MMD UB yang berada
di Desa Tulungrejo, Kota Batu. Disana, terdapat 10 mahasiswa asal Kota Batu dan
4 mahasiswa asal daerah lainnya.
"Para mahasiswa sudah dua
minggu disini, mereka mengeksplorasi potensi di Desa Tulungrejo, mengenai
wisata petik apel dan tempat wisata coban talun. Akan kita dorong mereka untuk
melakukan pengembangan inovasi disini," katanya.
Dosen Teknik Industri Fakultas
Teknik UB, Endra Yuafanedi Arifianto mengatakan, Tim MMD UB di Desa Tulungrejo
juga memperkenalkan platform aplikasi digital bernama Desaverse. Aplikasi
tersebut dapat mempublikasikan potensi-potensi desa secara virtual.
Selain di Desa Tulungrejo, pilot
project aplikasi tersebut sudah diperkenalkan di Desa Kalipuro dan Desa Osing,
Kemiren yang keduanya berada di Banyuwangi.
"Aplikasi ini sudah dapat
real time, atau seperti mini broadcast, jadi diharapkan setiap orang di desa
bisa berperan mengenalkan potensi desanya, seperti UMKM, pariwisata, pertanian
dan seni budaya, sehingga dapat dikenal banyak orang," katanya.
Aplikasi tersebut
digadang-gadang akan mampu meningkatkan kualitas pembangunan desa. Selain itu,
untuk membantu desa dengan generasi masyarakat yang mahir dalam penggunaan
dunia digital.
Diharapkan, sejumlah 1.000 desa
di Jatim ke depan dapat memanfaatkan aplikasi Desaverse.
"Ini bisa menjadi lapangan
pekerjaan baru di desa karena akan menjadi startup, aplikasi tersebut juga bisa
mengupdate potensi-potensi desa menjadi suatu hal yang profitable bagi
masyarakat di desa. Penggunaannya, bisa melalui KIM (Kelompok Informasi
Masyarakat), BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) atau lainnya bisa," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
"13.600 Mahasiswa UB Gelar Aksi Mahasiswa Membangun Desa", Klik untuk
baca:
https://edukasi.kompas.com/read/2023/07/20/082325771/13600-mahasiswa-ub-gelar-aksi-mahasiswa-membangun-desa?page=2.